Thursday, September 25, 2008

Dibuang Sayang

Kemarin-kemarin sempet nyari2 info penginapan di Tawangmangu dan sekitarnya untuk acara liburan bareng keluarga besar. Tapi karena satu dan lain hal, acara ini terpaksa diundur untuk waktu yang belum bisa ditentukan.
Lha, daripada sayang catetannya kebuang, mending diposting aja deh.. Siapa tahu bermanfaat untuk yang lain. Sekedar catatan, Bunda belum cek semua daftar ini. Jadi nggak bisa kasih referensi juga mana yang masuk kategori best choice nya.

List Tempat wisata :

a. Info dari sini :

Obyek Wisata yang ada di Kabupaten Karanganyar antara lain :

1. Obyek Wisata Alam : Hutan Wisata Grojogan Sewu, Wana Wisata Gunung Bromo, Bumi Perkemahan (Buper) Sekipan dan Camping Lawu Resort, Pemandian Air Hangat (PAH) Cumpleng dan Pablengan
2. Obyek Wisata Budaya : Candi Sukuh dan Ceto, Situs Palanggatan dan Menggung, Makam Raja-raja Mangadeg dan Girilayu, dll
3. Obyek Wisata Buatan : Tarnan Ria Balekambang, Waduk Lalung dan Delingan, dan lain-lainnya


b. Agro Wisata Amanah

DAFTAR PENGINAPAN
List penginapan yang udah dapet :
1. pondok asri: (0271) 697067, 697675. Blom ada info mengenai tarif, fasilitas de el el
  1. 48-48 Hotel
    KARANGANYAR -Jln. Mojo No. 1-2
    +62-271-626415
  2. Asri Pondok
    KARANGANYAR -Jln. Kalisoro Rt. 01/03
    +62-271-697067
  3. Fajar Indah
    KARANGANYAR -Bener Rt. 03/05
    +62-271-697109
  4. Kusuma Joglo Hotel
    KARANGANYAR -Jln. Raya Palur No. 18
    +62-271-25185
  5. Lawu Pondok
    KARANGANYAR -Jln. Raya Lawu
    +62-271-697020
  6. Madu Laras Losmen
    KARANGANYAR -Jln. Kalisoro Rt. 02/04
    +62-271-697147
  7. Narita Hotel
    KARANGANYAR -Jln. Adisucipto No. 4
    +62-271-721000, 722999
  8. Pondok Garuda Hotel
    KARANGANYAR -Karangkulon Rt. 02/07
    +62-271-697294
  9. Pondok Sari Hotel
    KARANGANYAR -Jln. Balekambang Tawangmangu
    +62-271-97088, 97112
  10. Tejo Mojo Hotel
    KARANGANYAR -Jln. Kalisoro Rt. 02/03
    +62-271-97149

Berikut aku rangkum dari 'halaman kuning' :)>- kode area sama dng Solo
> (0271)
>
> Arjuna Pondok Wisata - 697452
> Pondok Asri - 697067
> Losmen Kemuning - 697027
> Losmen Lumayan - 697543
> Losmen Madu Laras - 697147
> Pondok Fajar Indah - 697109
> Penginapan Sari Handayani - 697348
> Wisma RC - 697017
> Duta Indonesia Hotel - 697051
> Komajaya Komaratih Hotel - 697125
> Maliyawan Hotel - 697013
> Muncul Sari Hotel - 697101
> Pak Amat Resto & Hotel - 697022
> Pondok Indah Hotel - 697024
> Pondok Sari 1 Hotel - 697088
> Pondok Sari 2 Hotel - 697112
> Sahid Hotel - 697056
> Tejomoyo Hotel - 697149
> Wahyu Sari Hotel - 697157
> Wisma Sakti Hotel - 697073

Sunday, September 14, 2008

Tiada Yang Kekal di Dunia Ini, Nak.


berhubung Ifa sering banget bertanya perihal kematian semenjak Jid-nya meninggal, browsing & ketemu artikel ini di cyberwomwn.cbn.net
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bila yang mengasuh atau orang yang dekat dengan anak sangat terpukul oleh kematian tersebut, anak akan mengalami gangguan emosional walaupun tidak sepenuhnya memahami kematian itu sendiri

Kenapa Kakek meninggal? Mengapa Ibu pergi ke surga dan tak pulang lagi? Kenapa si manis bisa mati? Orang-orang dewasa biasanya akan memberikan jawaban yang ‘tak menyakiti’ atau ‘membuat sedih’ pada si kecil yang ditinggal wafat orang-orang terdekatnya atau binatang kesayangannya. Jawaban kias soal kematian akan lebih sering terlontar, seperti terbang ke langit menuju surga, pergi jauh, bertemu Tuhan, dan lainnya. Umumnya orang dewasa berusaha melindungi perasaan anak.

Sementara itu, tutup usia atau kematian bisa datang pada siapa pun, kapan pun, dan dimana pun tanpa melihat kondisi orang yang akan mati maupun yang hidup di sekitar yang mati. Anak kehilangan orangtua, kakek, nenek, paman, bibi, adik, kakak, sepupu, teman, dan guru juga tak melihat kesiapannya untuk ditinggal. Berapa pun usianya dia bisa saja mengalami takdir hidup ini. Bagaimana cara menjelaskan anak tentang konsep mati ini? Perlukah ini dilakukan? Kapan saat tepat menjelaskan hal ini? Tidakkah penjelasan soal ini bisa mempengaruhi perkembangannya?

Psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati, Elly Risma Musa MSi, mengatakan mengenalkan konsep kematian pada anak tidak harus menunggu sampai adanya peristiwa kematian. Sebaiknya mulailah dengan menggunakan beberapa momen dari sekarang. Lalu refeleksikan hal-hal yang Anda percayai dan ceritakan pengalaman Anda. ‘’Ceritakan pada anak, kematian merupakan bagian dari siklus kehidupan yang terjadi secara alami. Di saat yang bersamaan, Anda pun bisa mengajarkannya bagaimana menghargai kehidupan,’’ paparnya.

Dalam mengenalkan konsep kematian, lanjut Elly, sebaiknya orangtua perlu memperhatikan usia, tingkat kecerdasan dan perkembangan emosi anak. Saat usia anak 3,5-4 tahun orangtua bisa menjelaskan kematian dari hal-hal yang konkret dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, membuat pohon tauge dari biji kacang hijau yang diberi kapas basah. Ajak anak memperhatikan perubahannya, saat tauge tumbuh, katakan padanya itu merupakan bentuk kelahiran dari mahkluk hidup. Ketika tauge menjadi layu dan mati, pada saat inilah orangtua bisa memberikan penjelasan secara biologis misalnya tauge mati karena tidak diberi pupuk. “Jelaskan bahwa kematian bagian dari kehidupan. Di setiap kehidupan, akan diakhiri dengan kematian begitu juga pada manusia,” ujarnya.

Psikolog anak dari Universitas Indonesia, Evita Singgih MSi menambahkan, yang paling penting adalah membantu anak untuk melihat kematian sebagai satu tahapan yang alami dan tak perlu ditakuti. Bila penjelasan di luar kemampuan kognisi anak, anak tidak akan mengerti atau menginterpretasi secara keliru. Tidak ada gunanya memaksa anak untuk memahami lebih dari yang mampu dipahami sesuai usianya.

Elly mengatakan, cara mengenalkan soal kematian yang paling mudah pada anak ialah menjawab saat anak bertanya. ‘’Karena ini menunjukkan bahwa saat itu anak memang sudah siap dan membutuhkan penjelasan mengenai kematian,’’ terangnya. Biasanya anak bertanya saat ia melihat atau mengalami kematian di lingkungannya apakah kerabat, hewan peliharaan, atau kebetulan melihat acara di televisi atau membaca ataupun mendengar dongeng yang menyinggung masalah kematian.

Manfaatkan golden opportunity dari kejadian-kejadian sehari-hari, misalnya melalui berita mengenai bencana alam (tsunami, gempa, banjir, dan sebagainya) yang memakan korban jiwa atau ketika binatang piaraan kesayangannya mati. "Jangan diam saja, namun berikan pemahaman, saat melihat hal-hal tersebut bersama anak," ujar Elly. Jelaskan pada anak bahwa kejadian yang dilihatnya sebagai penyebab kematian merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Mungkin anak akan bertanya-tanya alasan Tuhan mengambil seseorang yang mereka sayangi. "Tanamkan kesadaran pada anak bahwa setiap mahkluk hidup diciptakan dan diberi kehidupan oleh Tuhan, waktu kematian pun sudah ditentukan oleh Tuhan meski melalui cara yang berbeda-beda. Lakukan pendekatan melalui agama dengan berdoa dan memperlihatkan ayat alkitab yang menunjukkan kekuasaan tuhan,” paparnya.

Jangan gunakan kiasan
Steven Bachrach MD dari Alfred I. duPont Hospital for Children,Wilmington, AS, dalam artikelnya How to Help Your Child Deal with Death mengatakan, ada baiknya tidak menggunakan kiasan yang membuat anak malah tidak memahami situasi yang terjadi. Meski umumnya anak sulit memahami semua orang yang hidup akan meninggal sewaktu-waktu. Jadi meski Anda sudah menjelaskan, anak tetap akan bertanya dimana atau kapan mereka ‘kembali’. Berikan pemahaman, bahwa orang yang sudah meninggal tak akan ada lagi di dunia dan anak tidak bisa menemuinya lagi.

Hindari mengatakan ‘Paman A sedang di langit’ atau ‘nenek sedang tertidur panjang’, karena akan membingungkan anak serta membuatnya menunggu kehadiran sang nenek atau paman. Alhasil anak akan terus bertanya-tanya. "Jawab pertanyaan anak dengan apa adanya, tapi pastikan anak berkesempatan bertanya untuk mengetahui informasi lebih banyak. Tidak mengapa jika orangtua belum bisa menjawab semua pertanyaan. Katakan dengan jujur, Anda pun belum tahu jawabannya, namun tetap usahakan memberi jawabannya," jelas Bachrach.

Kenali Emosi anak
Anak berusia 5-6 tahun, lanjut Bachrach, masih melihat dunia secara lateral. Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkret. Jika orang sakit atau tua, misalnya, jelaskan bahwa organ tubuh mereka tidak berfungsi dengan maksimal dan dokter pun tak bisa memperbaikinya. Jika seseorang meninggal tiba-tiba akibat kecelakaan, Anda bisa jelaskan apa yang terjadi, tubuh orang tersebut berhenti bekerja.

Dalam menghadapi kematian, biasanya anak-anak mengekspresikannya dengan beragam cara, seperti menangis, marah, lebih banyak diam, menolak kematian atau bahkan berbicara dengan orang yang meninggal. Seperti orang dewasa, kata Evita, reaksi anak dalam menghadapi kematian pertama-tama syok atau menyangkal. Kadang-kadang muncul rasa marah yang bisa ditujukan pada siapa saja, misalnya pada dokter yang tidak berhasil menyelamatkan, muncul rasa bersalah pada diri sendiri. Bahkan terkadang anak menjadi marah pada yang meninggal karena telah meninggalkannya, atau marah pada Tuhan.

"Berikan kesempatan pada anak untuk menampilkan emosinya, jangan memaksa anak menekan kemarahannya. Tunjukkan bahwa kita memahami perasaannya tersebut, bantu mereka untuk memahami bahwa mereka sedih karena kehilangan orang atau hewan yang sangat disayanginya, atau mereka cemas mengenai kehidupannya kelak," papar Bachrach. Kemudian bantu mereka untuk menyadari bahwa masih banyak yang dapat disyukuri.

Usia 3 tahun pertama: Walaupun anak bisa terkena dampak dari kematian di sekitarnya, namun anak belum paham benar. Oleh sebab itu, bagaimana reaksi lingkungan, terutama dari orang-orang yang dekat dan yang mengasuhnya yang akan sangat mempengaruhi mereka. "Bila yang mengasuh atau orang yang dekat dengannya sangat terpukul oleh kematian tersebut, anak akan mengalami gangguan emosional walaupun tidak sepenuhnya memahami kematian itu sendiri," jelas Evita.

Usia 3-6 tahun: anak mulai menyadari adanya kematian, namun mereka belum menyadari bahwa kematian itu bersifat permanen. Mereka menganggap bahwa kematian hanyalah sementara, maka tidak heran bila mereka seringkali menganggap orang yang meninggal bisa kembali lagi satu saat. Anak-anak usia ini menganggap orang yang meninggal masih mengalami apa yang dialami orang hidup, oleh karena itu mereka seringkali cemas bahwa orang yang dikubur itu akan kedinginan atau lapar.

Usia 6-9 tahun: masih menganggap kematian itu sementara sifatnya. Dan karena kemampuan kognitif yang masih terbatas, pemahamannya mengenai sebab-sebab kematian sering tidak logis. Misal, karena sering mengatakan bila anak nakal ibunya akan meninggal, maka ia mengira ibunya meninggal karena ia nakal. Ini akan menimbulkan perasaan bersalah pada anak. "Pada usia ini kematian seringkali belum bersifat personal, anak paham akan adanya kematian, namun mereka tidak sadar bahwa kematian juga bisa terjadi padanya," papar Evita.

Usia 9-10 tahun sampai remaja: anak mulai benar-benar memahami bahwa kematian tidak bisa dihindari, semua makhluk hidup akan meninggal dan ia pun akan meninggal suatu waktu.

Perlukah anak hadir di upacara pemakaman?
Bachrach mengatakan, pada usia 6-7 tahun, orangtua bisa mengajak anak menghadiri upacara pemakaman. Kebanyakan orangtua takut mengajak anak ke upacara pemakaman dengan alasan anak akan merasa sedih, takut bahkan trauma. Sebaiknya tetap libatkan anak di acara pemakaman, berikan mereka waktu secara privat untuk melihat terkahir kali orang yang mereka cintai.

Berikan penjelasan mengenai situasi saat upacara pemakaman pada anak, tanyakan pula bagaimana perasaannya. Anak perlu tahu, upacara tersebut akan berlangsung dengan mengharukan. Jika anak tak ingin ikut, jangan paksakan. Anak bisa lakukan hal-hal untuk mengenang orang yang mereka sayangi, misalnya menggambar kenangan kesukaannya, membuat album foto, dan melakukan hal yang istimewa untuk mengenang seseorang dengan membuat masakan favorit atau menyanyikan lagu kesukaan orang tersebut. “Dalam kematian, banyak hikmah yang bisa dipetik, ini merupakan kesempatan orangtua-anak untuk berbagi dan saling terikat. Ceritakan hal-hal baik dari orang yang meninggal bersama si kecil,” papar Bachrach.

Bagaimana seseorang menghadapi kematian tentu saja bersifat personal dan tergantung pada keadaan, begitu juga pada anak. Menghadapi kematian bukanlah sesuatu yang nyaman dan mudah, bahkan orang dewasa pun merasakan hal yang sama. Untuk menghadapinya, anak butuh bantuan orang-orang dewasa di sekitarnya. Elly Risma Musa MSi memberikan tips membantu anak menghadapi saat-saat kehilangan orang yang mereka sayangi:

a.Jangan menasehati anak dengan mengatakan ‘sabar ya’ karena tak bisa dipungkiri ini merupakan masa-masa yang sulit dihadapi termasuk oleh anak. Selain itu, Anda tidak tahu pasti apa yang dipikirkan dan bagaimana perasaan anak saat itu.
b.Jangan berdusta dengan mengatakan nenek akan ke surga. Sebaiknya berikan ucapan belasungkawa berupa doa.
c.Menamai perasaan anak terutama pada anak usia dini dengan mengatakan ‘Mama tahu kamu sedih karena ditinggalkan’ dan semacamnya.
d.Anda tak harus berkomunikasi melalui bahasa verbal, tapi juga bahasa tubuh dengan sentuhan atau pelukan yang hangat akan lebih membantu si kecil.

Sumber: Majalah Inspire Kids

Wednesday, September 03, 2008

Tugas Mba Ifa

Masih berhubungan dengan PR Bahasa Indonesia lagi ...
Kali ini mba Ifa menulis tugas-tugas yang telah dilakukan di rumah. Umi nggak ngajarin lho...Ini asli ditulis sendiri sama mba Ifa seperti biasa dengan huruf bersambung.
Isinya sbb :
1. Membantu umi memasak cilok, sayur, opor
2. Membantu abi merapikan kamar
3. Membantu embak nyuci piring
4. Melindungi adik ketika terjadi apa-apa
5. Saya pernah memasaki makanan untuk orangtua
6. Saya pernah mengepel lantai yang berserakan sampah



Puisi Karya Mba Ifa

Barusan baca puisi hasil karya Ifa di buku tugas Bahasa Indonesia nya. Hi..hi....Umi salin di sini ya .... Kalo Aslinya sih ditulis pakai huruf bersambung.

----------------------------------------------------------
UMI DAN ABI

umi kau sangat baik sekali
sudah ngajak jalan-jalan ke mall

abi kau baik sekali sudah membelikan
nasi padang dan jus alpokat untukku

-----------------------------------------------------------

he...he... pinter ya mba Ifa bikin puisinya :D
abi nya nggak nyangka kalo perkara beliin nasi padang sama jus alpokat ternyata bisa jadi bahan puisi :D

note: nasi padang n jus alpokat di warung padang dekat rumah tuh makanan favoritnya si kakak.