Wednesday, October 28, 2009

Meneladani Perjalanan Sa'i Ibunda Hajar

Disampaikan oleh Ust Nurul Hamdi pada acara Walimatus Safar Rekans Jamaah Mushalla Al Firdaus.

Ibadah Sa'i merupakan salah satu rukun Haji dan umrah yang dilakukan dengan berjalan kaki (berlari-lari kecil) bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya. Kedua bukit yang satu sama lainnya berjarak sekitar 405 meter.
Ibadah Sa'i pada hakikatnya merupakan napak tilas perjalanan penuh cinta hakiki kepada Allah yang dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang luar biasa Nabi Ibrahim dan Ibunda Hajar.

Dikisahkan tatkala Ibrahim ra.a, diperintahkan oleh Allah untuk mengajak anak dan istrinya ke lembah tandus dan kemudian diperintahkan pula untuk meninggalkan kekasih hatinya Ibunda Hajar serta anak satu-satunya , Ismail r.a, sendiri di padang itu. Ismail yang telah dinantikan bertahun-tahun lamanya, di usia yang masih bayi, harus di tinggalkan di sebuah padang yang sangat tandus, yang bahkan rumput pun tak bisa tumbuh, sebagaimana dilukiskan dalam QS. Ibrahim : 37. Tanpa bekal yang cukup dan tanpa perlindungan.
Mestinya bisa saja Hajar menolak untuk ditinggalkan, bisa saja Hajar memanggil suaminya dan memintanya untuk tetap tinggal bersama. Namun ketika Hajar mendapatkan jawaban bahwa apa yang dilakukan suaminya adalah karena perintah Allah swt, Hajar pun patuh dan ikhlas.

Setelah berhari-hari berada di padang yang tandus, dan perbekalan telah habis, Ibunda Hajar pun kekurangan makan dan minum, yang berakibat produksi ASInya berkurang, sehingga dia tidak dapat lagi memberikan air susu untuk anaknya Ismail yang masih bayi.
Kekhawatiran Ibunda hajar atas keselamatan anaknya mendorong dia untuk berusaha sekuat tenaga mencari-cari sumber air. Dia berlari ke daerah yang tinggi agar bisa memperoleh pandangan yang lebih luar. Yang beliau tuju adalah bukit Shafa. Beliau mengedarkan pandang ke seluruh arah melihat ke sekitar adakah sumber air yang bisa diambil. Karena tidak menemukannya, beliau berlari turun bukit, kemudian naik lagi ke bukit Marwah. Hal yang sama beliau lakukan. Karena tiada didapat juga sumber air yang di cari, beliau kembali menuju ke bukit Shafa, memastikan lagi, barangkali tadi terlewat oleh pandangannya. Tak juga ditemukan, beliau berlari kembali ke bukit Marwa. Demikian berulang-ulanga sampai tujuh kali sambil terus bermohon pada Allah Swt. Jarak antara kedua bukit ini kurang lebih 500-an meter.

Atas ijin Allah swt, sebagai buah dari ikhtiar yang tidak kenal lelah ini, memancarlah sumber air Zam-zam dari sela-sela kaki mungil Ismail.

Kita semua tahu, sumber air zam-zam tak pernah kering sampai saat ini, meskipun setiap harinya dikonsumsi jutaan orang dari seluruh penjuru dunia yang datang ke Makkah.

Dari Ibunda Hajar kita belajar tentang keyakinan yang dalam atas pertolongan Allah. Dalam keadaan sulit, hanya kepada Allah tempat bermohon dan meminta. Tak hanya duduk bersimpuh menengadahkan tangan berdoa memohon saja, Ibunda Hajar juga berikhtiar dengan sangat keras. Bisa dibayangkan, perempuan, dalam keadaan lapar dan haus, panas terik, berlari-lari sejauh 4 kilo meter lebih.
Dan buah dari ikhtiar dan tawakal tersebut, jauh melampaui ekspektasinya. Yang beliau minta hanyalah sumber air untuk minum dia dan anaknya untuk bertahan hidup, namun Allah berikan jauh lebih banyak, berupa mata air yang tak pernah kering, dan Allah jadikan lembah Makkah sebagai tempat suci.

Ibunda Hajar telah mengajarkan pada kita, bahwa dalam setiap kesulitan, teruslah berikhtiar, dan senantiasa bertawakkal pada Allah swt.

wallahu'alam bisshawab