Thursday, March 16, 2006

LANSIA..OH..LANSIA

"Mbah mau turun di mana?" demikian tanya sang kondektur kepada seorang nenek "sepuh" yang duduk di kursi sebelah sebelahku. Beliau tampak berpikir agak setengah bengong..sambil mengeluarkan uang dari dompet kecilnya, dan bergumam lirih.."Pati..". Uang ribuan yang berjejal dan sudah kumal itu beliau serahkan seluruhnya kepada si kondektur sambil dengan perlahan bertanya "wonten susuke mboten ?" (Ada kembaliannya nggak ?). Dan Pak Kondektur menyerahkan selembar ribuan kepada nenek itu. Beliau terdiam tapi tampak kebingungan. Entah apa yang ada dalam benaknya. Tapi diterimanya juga uang itu dan dimasukkan kembali ke dompetnya yang mungil dan lusuh.
Tadinya aku berniat untuk tidur dalam perjalanan ini. Maklum saja aku berangkat dari rumah jam setengah enam pagi, setelah semalaman tidak cukup tidur. Akan tetapi, demi melihat adegan yang baru saja tersaji dihadapanku segera saja membuat egoku untuk tidur terkalahkan. Aku tidak habis pikir..anak mana sih yang tega membiarkan Ibu nya yang sudah setua ini..agak linglung pula bepergian sendiri. Masya Allah.
Setelah kondektur berlalu, aku dekati beliau. "Mbah mau kemana ?" sapaku membuka percakapan. "Kemana ya....ke Pati..." beliau menjawab dengan ekspresi wajah yang agak bingung. " Mbah sendirian ?" beliau mengangguk. "Kok nggak minta diantar anaknya..?" rasa heranku membuat pertanyaan ini terlontar. "Anakku sudah meninggal". Innalillahi."Trus sekarang Mbah mau kemana ?"kejarku lagi. "Mbah mau nengok cucu...". Ya Allah..sedemikian sayangnya beliau pada sang cucu sehingga rela menempuh perjalanan jauh seorang diri hanya untuk bertemu cucunya. Benar-benar kasih sepanjang jaman. Aku pun kemudian terdiam. Beliau juga terdiam sambil memperhatikan lalu lalang kendaraan yang tampak dari jendela.
Tiba-tiba dia bertanya padaku "Nduk...kalau ke Pati masih jauh ?". Ya Allah..pertanyaan itu ditujukan ketika bis baru saja 30 menit berjalan dari terminal. "Masih jauh sekali Mbah..."jawabku. Lalu dengan pandangan yang agak nanar dan linglung, dia menatap jalan sambil berbisik lirih.."Pati jauh ya Nduk....". Aku hanya bisa mengiyakan, karena kantuk segera menyerang.
"Nduk..nduk...", guncangan di tangan dan panggilan si Nenek mengagetkanku yang masih terkantuk-kantuk. "Ya mbah..ada apa?"tanyaku agak bingung."Nanti sampai Pati saya diantar ya Nduk..".Ups..whe..lah..bagaimana mungkin aku bisa mengantarnya, kalau saya sendiri sudah harus turun di Kudus yang jaraknya 50 km sebelum sampai di kota Pati. Tak ingin mengecewakannya, tapi aku sendiri harus sampai tepat waktu, maklum pekerja semacam aku tak diperbolehkan terlambat tanpa alasan yang bisa dimaklumi oleh atasanku. Untunglah seorang gadis yang duduk di dekat kami menjawab kegundahanku."Nanti saya antar mbah.."demikian ucapnya. Ups...saya kehilangan sebuah peluang amal karena pekerjaanku.
Aku teringat almarhum nenekku, juga nenek dari pihak suamiku yang sama-sama sudah tua. Lalu pikiranku melayang, apa yang sedang dikerjakannya saat ini. Duduk di teras rumah sambil melipat jemuran yang sudah kering, kemudian memberi makan ternak-ternaknya. Setidaknya beliau lebih beruntung. Masih ada anak dan cucu yang bisa dinantikannya. Belum pernah rasanya beliau harus bepergian sendirian.
Hingga kemudian aku berpikir kiranya kelak aku jadi lansia, akan bagaimanakah diriku saat itu kelak...
Wallahua'lam bisshowab.
"hidup ini indah, maka syukurilah"

1 comment:

usaha laundry said...

usaha laundry , bisnis laundry , deterjen laundry , waralaba laundry , franchise laundry , softener laundry , pewangi laundry