Thursday, February 07, 2008

Hari-hari terakhir Bapak (part3)

Rabu, 23 Januari 2008
Pagi-pagi, umi berangkat ke pekalongan, pakai kereta yang jam 6. Jam delapan sudah sampai di rumah sakit. Bapak terbaring di tempat tidur, ditemani ibu, mba rina dan mba nung. Mba nung dipersilakan pulang dulu, secara semalaman bliau dah nginep di RS, tapi masih pengin nunggu di RS. Maunya anak-anak, Ibu juga dipersilakan pulang, biar istirahat, tapi bapak nggak mau. Bapak penginnya ada Ibu selalu.
Tapi akhirnya agak siangan, Bapak kasih ijin Ibu untuk pulang, diantar mbak Nung. Tinggal aku dan mba Rina yang nungguin. Bapak masih merasa perih di perut, tapi kondisinya masih baik. Untuk ke kamar mandi, bapak masih bisa sendiri, nggak perlu dituntun. Waktu ada yang nengok pun, Bapak masih bisa menemui dengan duduk. Hari itu banyak sekali yang bezuk Bapak. Siangnya, mbak Wik, kakak sulung umi, datang beserta suami dan anaknya yang nomer tiga. Bapak seneng banget mba Wik datang, secara udah ditunggu-tunggu banget sama Bapak. Kata Bapak, semenjak bapak mulai sakit kok nggak datang-datang.
Siang itu, kami semua, anak2 dan menantu2, sepakat untuk berupaya maksimal memindahkan bapak ke kamar yang layak. Alhamdulillah, ada teman yang bisa membantu mengupayakan kamar (di RS Pemerintah, kita mesti gerilya sendiri cari kamar). Pasalnya, di kamar yang ini, Bapak bener2 nggak bisa tenang istirahat, maklum, lokasinya yang di jalur masuk, membuat lalu-lalang orang sedemikian ramainya.
Akhirnya dapat juga kamar, tapi baru bisa ditempati setelah maghrib.
Selesai maghrib, bapak dipindah kamar. Alhamdulillah, kamar yang ini lebih lapang, dan posisinya tidak di tempat lalu lalang orang. jadi Bapak bisa istirahat dengan lebih baik. Tamu masih terus menerus datang. Subhanallah, inilah buah dari rajinnya bapak menyambung silaturahmi. Ketika beliau sakit, semua kawan dari berbagai kalangan datang membezuk. Umi sempat khawatir kalau beliau kecapekan.
Malamnya, Fitri (adik bungsu umi) datang dari Solo. Dia baru tahu kalau Bapak sakit. Sengaja kami belum beritahu kemarin, karena hari ini hari terakhir dia ujian semesteran, khawatir terganggu. Akhirnya malam itu, kami, umi, Ibu, mba Wik dan aku, rame-rame nginep di rumah sakit. Bapak sendiri, beberapa kali masih terbangun menahan sakit. Kali ini perihnya sudah lumayan, tapi masalah barunya, perut Bapak terasa kembung. Mual-mualnya masih. Tapi udah nggak ada yang dikeluarkan lagi. Lha wong makanan aja nggak ada yang masuk, apanya yang mau dimuntahin ya...
Hasil lab terbaru, gula darah masih agak tinggi, trus ada radang di lambung. Lha ini yang agak berat, berhubung bapak punya diabetes, praktis, tidak mudah untuk menyembuhkan radang di lambung tersebut. Jadi kata dokter, konsentrasinya sekarang adalah menurunkan kadar gula ke angka normal, setelah itu barulah obat bisa diberikan.

Kamis, 24 Januari 2008
Pagi-pagi lagi, jam setengah enam, umi pamitan pulang ke semarang dulu, nengok anak-anak. Bapak masih bisa melepas aku pamit.
Di jalan ketemu teman yang tinggal di Pekalongan, tapi dinas di Semarang. Karena beliau juga kenal baik dengan Bapak, jadilah obrolan di kereta sepanjang perjalanan diantaranya membahas tentang Bapak. Sampai di Semarang jam setengah delapan, langsung ke rumah. Seharian di rumah, tapi pikiran kemana-mana. Monitor terus kondisi Bapak via telpon.


No comments: